PROSES – PROSES SOSIAL
Proses
sosial adalah cara – cara berhubungan yang di lihat jika individu dan kelompok
sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk – bentuk hubungan
tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan yang menyebabkan
goyahnya pola – pola kehidupan yang telah ada. Proses sosial juga dapat
diartikan sebagai pengaruh timbal balik antar pelbagai segi kehidupan bersama
atau di dalam kehidupan sosial, misalnya saling memengaruhi antara sosial dan
politik, politik dan ekonomi, ekonomi dan hukum, dan seterusnya.
Ada
dua hal yang berkaitan dengan tindakan manusia di dalam realitas sosial, di
antaranya :
1. Tindakan
tersebut merupakan respons atau tindakan
manusia lain.
2. Tindakan
manusia yang menimbulkan respons dari pihak lain.
Jika dirumuskan proses sosial dapat digambarkan
dalam pola :
RESPONS +
TINDAKAN + RESPONS = PRODUK TINDAKAN
|
Sedangkan
para ahli sosiologi lebih sering menggunakan istilah interaksi sosial. Interaksi
sosial merupakan hubungan antar manusia yang sifat dari hubungan tersebut
adalah dinamis artinya hubungan itu tidak statis, selalu mengalami dinamika.
Kemungkinan yang muncul
ketika satu manusia berhubungan dengan manusia lainnya adalah :
·
Hubungan antara individu satu dan
individu lainnnya ;
·
Individu dan kelompok;
·
Kelompok dan kelompok.
Interaksi
sosial terjadi jika dua orang bertemu, kemudian ia saling bertegur sapa,
berjabat-tangan, saling
berbicara, bahkan sampai terjadi perkelahian, pertengkaran, dan sebagainnya.
Interaksi sendiri sebenarnya berasal
dari kata “antar” dan “ aksi” yaitu “aksi” dan “reaksi”
Interaksi sosial merupakan hubungan
– hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang – orang
perorangan, antara kelompok – kelompok manusia, maupun antara orang perorangan
dan kelompok manusia. Interaksi
sosial antar kelompok tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak
menyangkut pribadi anggota – anggotanya.
2
Interaksi sosial hanya berlangsung
antara pihak – pihak jika terjadi reaksi terhadap dua belah pihak. Interaksi
sosial tak akan mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan yang
langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem
sarafnya, sebagai akibat hubungan termaksud.
Maka,
indikator (tolak ukur) dari interaksi sosial adalah adanya aksi dan reaksi,
walaupun dua orang saling menegur, atau saling berjabat tangan atau tidak
tukar – menukar tanda. Interaksi sosial juga terjadi walaupun dua orang saling
bertemu tersebut tidak saling berbicara atau tukar – menukar informasi.
Dengan
tolak ukur tersebut
dapat disimpulkan bahwa terjadinya interaksi sosial adalah adanya kesadaran
masing – masing pihak sehingga dari kesadaran tersebut menyebabkan adanya
perubahan – perubahan di antara mereka seperti reaksi terhadap bau keringat,
bau farfum atau kesan
tentang di luar dirinya terdapat orang lain.
Jika interaksi sosial
yang terjadi tetap mendasarkan pada nilai – nilai dan norma – norma yang
berlaku maka interaksi dapat dikatakan normal, atau sebaliknya jika interaksi
sosial sudah tidak mendasarkan diri pada nilai dan norma yang berlaku di dalam
masyarakat maka interaksi sosial dapat dikatakan tidak normal.
Agar
dapat dikategorikan sebagai bentuk interaksi, maka hubungan timbal balik antar manusia tersebut harus
memiliki kriteria tertentu, yaitu :
a. Harus
ada pelaku yang jumlahnya lebih dari satu. Kriteria ini merupakan
prasyarat mutlak sebab tidak akan mungkin terjadi aksi dan reaksi dari tindakan
manusia jika tidak ada teman atau lawan yang terlibat dalam proses tersebut.
b. Ada
komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbo – simbol.
Yang dimaksud dengan simbol – simbol dalam hal ini adalah benda, bunyi, gerak,
atau tulisan yang memiliki arti.
c. Ada
dimensi waktu (yaitu,
lampau, kini dan mendatang)
yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung.
d. Ada
tujuan – tujuan tertentu,
terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut
dengan yang diperkirakan pengamat.
UNSUR – UNSUR DALAM INTERAKSI SOSIAL
A.
Tindakan
Sosial
Para
ahli sosiologi memahami tindakan manusia dari sudut pandangan perilakunya.
Tindakan manusia dipahami sebagai perbuatan perilaku atau aksi yang dilakukan
oleh manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Tindakan manusia
sebenarnya tidak jauh dari aktivitas yang saling memberikan aksi dan interaksi.
Tindakan manusia
diberikan dalam dua macam, yaitu ;
3
1.
Tindakan yang
terorganisasi artinya tindakan yang dilatarbelakangi oleh seperangkat kesadaran sehingga apa yang dilakukannya tersebut
didorong oleh tingkat
kesadaran yang berasal dari dalam dirinya.
2. Tindakan
yang dilakukan tanpa kesadaran,
yaitu tindakan refleks yang tidak dikategorikan sebagai tindakan sosial, sebab
tindakan itu tidak terorganisasi melalui kesadaran diri. Seseorang ketika merasa sakit
mendadak mengatakan aduh, latah, dan sebagainya, maka tindakan itu dikelompokan
sebagai tindakan tidak terorganisasi.
Tindakan
terorganisasi merupakan tindakan yang terkoordinasi oleh kesadaran (pusat saraf
otak), sehingga memunculkan aktivitas organ tubuh.
Beberapa hal yang mempengaruhi proses terbentuknya
tindakan terorganisasi manusia di antaranya :
1.
Imitasi
Imitasi
merupakan tindakan manusia untuk meniru tingkah pekerti orang lain yang berada
di sekitarnya. Imitasi banyak dipengaruhi oleh tingkat jangkauan indranya,
yaitu sebatas yang dilihat, didengar dan dirasakan
2.
Sugesti
Dalam
studi ilmu – ilmu sosial, sugesti dapat dirumuskan sebagai proses dimana seseorang menerima suatu cara
penglihatan atau pedoman – pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Bentuk
kelainan jiwa ini semata – mata dipengaruhi beberapa hal seperti :
1. Hambatan berpikir.
Hambatan berpikir terjadi ketika hubungan di mana seseorang memberi sugesti
bersikap over pandangan sehingga orang yang dikenainya tidak di beri
pertimbangan - pertimbangan atau berpikir kritis.
2. Keadaan pikiran seseorang
terpecah - pecah ketika di dlam
pikirannnya mengalami kelelahan atau sedang mengalami kebingungan karena
mengalami kesulitan - kesulitan sehingga
dengan kelelahan pemikiran yang dialaminya ia tidak bisa berpikir.
3. Otoritas. Kecenderungan
seseorang atau sekelompok orang menerima pandangan – pandangan atau sikap –
sikap tertentu karena sikap dan pandangan tersebut berasal dari orang yang dianggap
ahli, maka orang yang dianggap ahli adalah pihak memiliki
otoritas.
4. Mayoritas. Dalam hal ini
seseorang atau sekelompok orang akan menerima saja
sikap atau pandangan tersebut.
5. Will of believe, dalam diri
orang yang menerima sugesti tersebut telah ada kesediaan untuk lebih menyadari
atau lebih meyakini akan hal yang disugestikan.
4
3.
Identifikasi
Identifikasi
timbul ketika seseorang mulai sadar bahwa di dalam kehidupan ini ada norma –
norma atau peraturan – peraturan yang harus dipenuhi, dipelajari atau
ditaatinya. Seseorang anak yang belum mengetahui tentang pedoman tata kelakuan
yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Ketika melakukan suatu tindakan, kemudian
ditegur oleh orang yang lebih dewasa
maka
ia akan menyimpulkan bahwa tindakan tersebut tidak boleh, sebaliknya jika yang
ia lakukan tidak ditegur atau bahkan diberikan pujian ia akan menyimpulkan bahwa yang ia lakukan
adalah sesuatu yang diperbolehkan.
4.
Simpati
Yang
di maksud dengan simpati adalah faktor tertariknya seseorang atau sekelompok
orang terhadap orang atau kelompok orang yang lain. Faktor simpati muncul bukan
dari pemikiran yang logis rasional tetapi berdasarkan penilaian perasaan,
sebagaimana dalam proses identifikasi. Simpati tidak sama dengan identifikasi
sebab simpati di dorong ingin mengerti dan ingin kerja sama dengan orang lain.
Adapun identifikasi lebih didorong oleh keinginanan mengikuti jejaknya,
ingin mencontoh,ingin
belajar dari orang lain yang dianggap ideal.
TIPE – TIPE TINDAKAN SOSIAL
Tindakan sosial merupakan tindakan yang
berhubungan dengan orang lain baik
antar individual atau antar kelompok.
Jika dilihat dari tekanan, cara dan tujuan
tindakan sosial tersebut dilakukan, maka tindakan sosial dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu :
1.
Tindakan sosial rasional instrumental.
Tindakan yang memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan yang
dengan mempertimbangkan efisiensi dan
efektivitas (kemudahan dan kehematan)
dari sejumlah pilihan tindakan, maka tindakan tersebut dikategorikan sebagai
tindakan sosial rasional instrumental. Misalnya, seorang mahasiswa berdana
terbatas yang dihadapkan kepada pilihan membeli buku
referensi atau pakaian.
2.
Tindakan sosial berorientasi nilai.
Tindakan ini selalu didasarkan pada nilai – nilai dasar yang berlaku di dalam
masyarakat. Pelaku atau subjek yang melakukan tindakan
tidak mempermasalahkan tujuan dan tindakannya tetapi lebih mempermasalahkan
cara – cara tindakan tersebut. Seorang penganut islam yang “taat”pada hukum
islam ketika meminjamkan sejumlah uang kepada orang lain tidak akan mau menarik
bunga pinjaman walaupun para teknokrat
menganggap jumlah uang yang dipinjamkan merupakan investasi yang boleh – boleh
saja pihak yang meminjamkan uang menarik keuntungan dari investasi yang ia
tanamkan.
5
3.
Tindakan sosial tradisional.
Tindakan sosial ini tidak memperhitungkan aspek rasional atau perhitungan –
perhitungan tertentu tetapi lebih menekankan pada aspek kebiasaan kebiasaan atau adat istiadat yang berlaku
dalam masyarakat. Kebiasan
masyarakat jawa melakukan upacara sedekah bumi setiap tahun merupakan tindakan
yang pertimbangannnya yaitu faktor kebiasaan. Akan tetapi, tindakan tradisional
dilakukan menurut cara yang diwariskan oleh generasi terdahulu, sedangkan
tindakan yang berorientasi nilai lebih menekankan pada nilai – nilai yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat.
4.
Tindakan sosial afektif. Tindakan sosial
afektif adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang atau
sekelompok orang berdasarkan perasaan (afeksi) atau emosi. Masyarakat
memberikan sumbangan uang recehan kepada
Prita Mulyasari yang di tuntut oleh Rumah Sakit Omny Internasional karena
dianggap mencemarkan nama baik RS tersebut, sedangkan simpati masyarakat
tersebut dilatarbelakangi oleh tindakan Prita yang sebatas curhat akibat
pelayanan pihak RS yang tidak adil.
KONTAK SOSIAL
Kontak
berasal dari bahasa Latin cum atau con yang artinya “bersama-sama” dan tangere yang artinya “menyentuh”. Dengan
demikian, istilah kontak akan terkait dengan terminasi sosial, sehingga menjadi
kontak sosial. Dalam terminasi
(istilah) sosiologi kontak sosial akan terjadi jika seseorang atau
sekelompok orang mengadakan hubungan dengan pihak lain tidak harus dalam bentuk sentuhan-sentuhan fisik. Kontak
sosial dapat terjadi melalui gejala-gejala sosial seperti berbicara dengan
orang lain
baik secara berhadap-hadapan ataupun melalui pesawat telepon, membaca surat,
saling mengirimkan informasi melalui email, bertanding seni bela diri, mubalig
sedang berceramah di depan publik (khalayak) dan lain-lain. Dengan demikian,
Kontak sosial adalah aksi individu atau kelompok dalam bentuk
isyarat yang memiliki arti (makna) bagi si pelaku, dan si penerima membalas
aksi tersebut dengan reaksi.
Macam-macam Kontak Sosial
Dilihat dari caranya,
kontak sosial dibagi menjadi dua, yaitu :
1.
Kontak
sosial langsung, yaitu hubungan timbal balik
antar-individu maupun antar
kelompok
terjadi secara fisik, seperti : berbicara, tersenyum, bahasa tubuh (isyarat),
berbagai aksi lainnya seperti memukul dan sebagainya.
2.
Kontak
sosial tak langsung, yaitu kontak yang terjadi melalui
mediator (perantara) seperti melalui surat kabar, radio, televisi, telegram,
email, dan lain-lain. Contoh : acara atensi interaktif di radio-radio, dialog
interaktif melalui televisi dan sebagainya.
Jika dilihat
dari sifatnya,
kontak sosial dibagi menjadi tiga, yaitu :
1.
Kontak
sosial antar individu dan individu.
2.
Kontak
sosial antar individu dan kelompok.
3.
Kontak
sosial antar kelompok dan kelompok.
6
Jika dilihat
dari bentuknya,
kontak sosial dibagi menjadi dua yaitu :
1.
Kontak
sosial positif. Kontak sosial dapat dikatakan
positif jika bentuk hubungan sosial tersebut mengarah pada pola – pola
kerjasama.
2.
Kontak
sosilal
negatif. Kontak sosial dapat dikatakan negatif
jika bentuk hubungan yang terjadi mengarah pada pertentangan yang berakibat
pada putusnya interaksi, seperti hubungan dua orang sebagai akibat persengketaan
yang dipicu oleh suatu persoalan hingga akhirnya kedua belah pihak memutuskan
hubungan.
Jika di lihat
dari tingkat hubungannya, kontak sosial dapat di bedakan menjadi dua, yaitu
:
1.
Kontak
sosial
primer. Artinya, jika seseorang atau
sekelompok orang mengadakan hubungan langsung bertemu atau bertatap muka secara
langsung, seperti saling berjabat tangan, bercakap – cakap secara berhadap –
hadapan, saling tersenyum dan sebagainya.
2.
Kontak
sosial sekunder. Artinya, jika bentuk hubungan
sosial yang terjadi baik antar individu maupun antar kelompok tidak terjadi
secara langsung tetapi dengan menggunakan perantara (mediator).
KOMUNIKASI SOSIAL
Adapun
komunikasi merupakan aksi antara dua
pihak atau lebih yang melakukan hubungan dalam bentuk saling memberikan
tafsiran atas pesan yang disampaikan oleh masing – masing pihak.
Komunikasi dan kontak sosial sangat
mirip. Akan tetapi perlu diketahui bahwa kontak
belum tentu berati komuniksi, sebab dalam komunikasi diperlukan adanya
pemahaman makna atas pesan dan tujuan yang disampaikan oleh masing – masing
pihak yang melakukan komunikasi.
Komunikasi dapat diartikan sebagai proses
saling memberikan tafsiran kepada / dari antar pihak yang sedang melakukan
hubungan dan melalui tafsiran tersebut pihak – pihak yang saling berhubungan
mewujudkan perilaku sebagai reaksi atas maksud atau pesan yang disampaikan oleh
pihak lain tersebut.
Sifat-sifat
komunikasi:
1.
Komunikasi
positif. Komunikasi dapat dikatakan positif
jika pihak-pihak yang melakukan komunikasi ini terjalin kerjasama sebagai
akibat kedua belah pihak saling memahami maksud atau pesan yang disampaikannya.
2.
Komunikasi
negatif. Komunikasi dapat dikatakan negatif
jika pihak-pihak yang melakukan komunikasi tersebut tidak saling mengerti atau
salah paham maksud mansing-masing pihak sehingga tidak menghasilkan kerjasama,
tetapi justru sebaliknya, yaitu menghasilkan pertentangan diantara keduannya.
7
BENTUK-BENTUK PROSES SOSIAL
Didalam kajian sosiologi, proses
sosial secara garis besar dibagi dalam dua bentuk, yaitu :
1.
Proses sosial asosiatif
2.
Proses sosial
disasosiatif.
Adapun proses
sosial yang asosiatif dibagi kedalam tiga macam, yaitu:
1. Kerjasama
(co-opration)
2. Akomodasi
(ac-comodation)
3. Asimilasi
(asimilation)
Sedangkan proses
sosial disasosiatif dibagi lagi kedalam
tiga bentuk, yaitu :
1.
Persaingan
(competition)
2.
Kontravensi
(contavention)
3.
Pertentangan atau
pertikaan (conflic)
PROSES SOSIAL ASOSIATIF
Proses sosial yang asosiatif adalah
proses sosial yang di dalam realita sosial anggota-anggota masyarakatnya dalam
keadaan harmoni yang mengarah pada pola-pola kerjasama. Harmoni sosial ini menciptakan
kondisi sosial yang teratur atau disebut social order.
A.
Kerja
sama (Co-operation)
Kerja
sama dapat terjadi karena didorong oleh kesamaan tujuan atau manfaat yang akan
diperoleh dalam kelompok tersebut. Kerjasama timbul jika orang menyadari bahwa
mereka mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai
cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan ini melalui kerjasama.
Bentuk
kerjasama dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Bargaining process (proses
tawar menawar), yaitu pelaksanaan perjanjian tentang pertukaran barang-barang
dan jasa antara dua organisasi atau lebih, atau dalam pengertian lain
tawar-menawar dapat diartikan sebagai perjanjian yang dilakukan antara dua atau
lebih organisasi.
2. Co-optation (kooptasi),
yaitu proses menerima unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan
politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari
terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
3. Coalition
(koalisi) yaitu, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai
tujuan yang sama. Membentuk pemerintahan yang disebut pemerintahan koalisi
8
B.
Akomodasi
(Accomodation)
Akomodasi
merupakan upaya untuk mencapai penyelesaian dari suatu pertikaian atau konflik
oleh pihak-pihak yang bertikai yang mengarah pada kondisi atau keadaan
selesainya suatu konflik atau pertikaian tersebut.
Bentuk
– bentuk akomodasi di antaranya ;
1. Coercoin.
Merupakan proses akomodasi yang proses pelaksanaannya dilakukan dengan paksaan
atau dengan kekerasan. Biasanya proses ini akan berjalan jika salah satu pihak
yang bertikai memiliki kedudukan yang lebih kuat, sedangkan pihak lain
keadaannya lemah.
2. Compromise.
Merupakan proses akomodasi dimana pihak – pihak yang bertikai saling mengurangi
tuntutan yang menjadi sumber ketegangan untuk mencapai penyelesain terhadap
suatu perselisihan.
3. Arbitration.
Yaitu usaha untuk kompromi dari pihak – pihak yang bertikai tidak tercapai
penyelesaian, maka hadir pihak ke tiga untuk menengahi persoalan pertkaian
diantara mereka.
4. Mediation
yaitu penyelesaian pertikaian antara dua kelompok atau lebih yang kedua belah
pihak tidak sanggup mencapai kesepakatan sehingga kedua belah pihak yang
bertikai menghadirkan pihak ketiga.
5. Consiliation.
Yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak – pihak yang saling bertikai guna
mencapai persetujuan bersama.
6.
Toleration.
Yaitu salah satu bentuk akomodasi yang tidak di rencanakan sehingga terjadi
dengan sendirinya,sebab tiap – tiap
orang memiliki
karakter untuk sedapat mungkin
menghindari perselisihan.
7. Stalemate.
Yaitu salah satu bentuk akomodasi dimana pihak – pihak yang berselisih
mempunyai kekuatan yang imbang sehingga berhenti dengan sendirinya.
8. Adjudication.
Merupakan salah satu bentuk akomodasi dengan cara menyelesaikan perkara lewat
pengadilan oleh pihak – pihak yang saling bertikai.
Adapun akomodasi
sendiri memiliki beberapa tujuan,diantaranya :
1. Mengurangi
perbedaan faham ,pertentangan politik , atau permusuhan antar kelompok seperti
Suku,Ras , dan kelompok kepentingan lain .
2. Mencegah
terjadinya ledakan konflikyang berupa benturan antara kelompok , seperti
perang,perpecahan yang mengarah pada disintegrasi sosial.
3. Menyatukan
dua kelompok atau lebih yang terpisah – pisah untuk mencapai persatuan dan
kesatuan,sebagaimana di negara Indonesia yang menggunakan lambang Bhineka Tunggal Ika sebagai langkah
ideologi untuk mempersatukan
kelompok masyarakat yang majemuk.
4. Mengupayakan
terjadinya proses pembaharuan
antarsuku, etnis atau ras ,antar agama , antar golongan dan sebagaimananya
sehingga mengarah pada proses
terjadi
asimilasi.
9
C.
Asimilasi
(Asimilation)
Asimilasi
merupakan proses sosial yang di tandai oleh adanya upaya – upaya menggurangi
perbedaan – perbedaan yang terdapat diantara orang perorangan atau antar
kelompok sosial yang diikuti pula usaha – usaha untuk mencapai kesatuan
tindakan,sikap,dan proses – proses mental dengan memperhatikan kepentingan bersama.
Syarat
Asimilasi yaitu :
1.
Kelompok manusia
yang berbeda kebudayaannya.
2.
Orang perorangan
sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk
waktu yang lama.
3.
Kebudayaan dari
kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.
Faktor-faktor
yang mempermudah bagi jalannya asimilasi di antaranya:
1. Toleransi. Toleransi merupakan sikap dan tindakan yang saling
memberikan peluang atau kesempatan kepada pihak lain untuk melakukan sesuatu,
sehingga benih-benih pertentangan antar-individu atau antar-kelompok dapat
dicegah.
2. Kesempatan-kesempatan
di bidang ekonomi yang seimbang.
3. Suatu sikap
menghargai orang asing dan kebudayaannya.
4. Sikap
terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.
5. Persamaan
dalam unsur-unsur
kebudayaan.
6. Perkawinan
campuran (amalgamation).
7. Adanya
musuh bersama dari luar, Yang disebut
musuh bersama adalah kekuatan yang bersifat mengancam kehidupan antar kelompok
yang semula berpencar.
Faktor-faktor
yang menjadi penghalang bagi terjadinya asimilasi adalah :
1. Terisolasinya
golongan tertentu di dalam masyarakat (biasanya
golongan minoritas).
2. Kurangnya
pengetahuan tentang kebudayaan yang di hadapi, sehingga dengan pengetahuan yang kurang akan
menimbulkan salah mengerti terhadap kebudayaan kelompok lain.
3. Perasaan
takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang di hadapi.
4.
Perasaan kebudayaan golongan tertentu merasa lebih
tinggi dari pada kebudayaan kelompok lain,
5.
Perbedaan rasial. Yang dimaksud dengan perbedaan ras adalah perasaan di mana ras tertentu
merasa lebih tinggi di banding dengan ras lain.
6.
Perasaan kekelompokkan yang kuat (in group feeling).
7.
Golongan minoritas mengalami gangguan dari golongan
penguasa.
8.
Perbedaan kepentingan. Perbedaan kepentingan biasanya melahirkan sikap dan
tindakan yang berbeda-beda yang perbedaan itu sukar sekali dicapai pembauran.
10
PROSES SOSIAL DISASOSIATIF
Proses sosial disasosiatif ialah
keadaan realitas sosial dalam keadaan diharmoni sebagai akibat adanya
pertentangan antar-anggota masyarakat.
A.
Persaingan (Competition)
Persaingan merupakan proses sosial di mana orang
perorangan atau kelompok manusia yang terlibat dalam proses tersebut saling
berebut untuk mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada masa
tertentu menjadi pusat perhatian publik (khalayak) dengan cara menarik
perhatian publik atau dengan mempertajam
prasangka yang telah ada, tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.
Beberapa
bentuk persaingan, yaitu :
1. Persaingan
di bidang ekonomi. Persaingan ini
terjadi sebagai akibat dari keterbatasan jumlah benda-benda pemuas kebutuhan
manusia, sementara banyak pihak yang saling membutuhkannya.
2. Persaingan
di bidang kebuyaan.
3. Persaingan
untuk mencapai kedudukan dan peranan tertentu dalam masyarakat. Persaingan dalam bentuk ini sering terjadi dalam
instansi-instansi tertentu yang masing-masing pihak ingin merebut posisi
jabatan teratas.
4. Persaingan
rasial. Persaingan ras
dilatarbelakangi oleh sikap ras tertentu untuk mendominasi (menguasai)
wilayah-wilayah tertentu, sebagaimana dalam Perang Dunia II Partai Nazi Jerman
yang didominasi ras Aria ingin menguasai dunia dengan melakukan ekspansi ke
berbagai wilayah negara-negara Asia Afrika.
Persaingan
dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai fungsi di antaranya :
1. Sebagai alat untuk mengadakan seleksi sosial.
2. Untuk menyaring warga atau golongan yang akhirnya
menghasilkan pembagian kerja yang efektif.
B.
Kontravensi (Contravention)
Kontravensi merupakan proses sosial yang berada di
antara persaingan dengan pertentangan atau pertikaian yang ditandai oleh
gejala-gejala adanya ketidakpastian tentang diri seseorang atau rencana dan
perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau keraguan terhadap
kepribadian seseorang.
Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, ada lima
hal dalam kontravensi yang mencakup :
1. Proses umum
kontravensi meliputi perbuatan, seperti
penolakan, menghalang-halangi, perlawanan, perbuatan, keengganan,
gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan protes, dan perbuatan mengacaukan
rencana pihak lain.
2. Bentuk-bentuk
kontravensi yang sederhana.
11
3. Bentuk-bentuk
kontravensi yang intensif, seperti
penghasutan, menyebarkan isu-isu, mengecewakan pihak lain dan sebagainya.
4. Kontravensi
yang bersifat rahasia
5. Kontravensi
yang bersifat taktis, seperti
mengejutkan pihak lawan, menggangu atau membingungkan pihak lain, umumnya
kampanye pemilu, dimana partai-partai politik saling berebut kedudukan dalam
suatu pemerintahan.
Tipe-tipe
kontravensi di antaranya :
1. Kontravensi
antargolongan dalam suatu masyarakat.
2. Antagonisme
keagamaan
3. Kontravensi
intelektual. Kontravensi
intelektual dilandasi oleh sikap memandang rendah dari golongan terdidik
terhadap golongan yang tidak memiliki kesempatan meraih pendidikan.
4. Oposisi
moral.
C.
Pertentangan atau Pertikaian (Conflict)
Konflik merupakan proses sosial di mana masing-masing
pihak yang berinteraksi berusaha untuk saling menghancurkan, menyingkirkan,
mengalahkan karena berbagai alasan seperti rasa benci atau rasa permusuhan.
Adapun akar permasalahan atau sebab musabab konflik diantaranya : Pertama,
perbedaan antar-perorangan atau antar kelompok.
Kedua,
perbedaan kebudayaan yang berpengaruh
pada perbedaan kepribadian seseorang atau kelompok sebab karakter kebudayaan
akan berpengaruh dalam membentuk karakter kepribadian manusia dalam kehidupan
sosialnya.
Ketiga, bentrokan
antar-kepentingan, Bentrokan atau benturan kepentingan ini berlatar
belakang dari pertentangan.
Keempat, perubahan-perubahan
sosial yang meliputi perubahan nilai-nilai dan norma-norma sosial.
Bentuk-bentuk
Pertentangan
Bentuk-bentuk pertentangan di antaranya : Pertama : pertentangan pribadi. Yang
dilatarbelakangi oleh sikap atau penilaian masing-masing individu terhadap
kepribadian orang lain.
Kedua, pertentangan
rasial, yang banyak didominasi oleh pertentangan antara ras kulit putih
yang selalu menganggap rasnya superior dan ras kulit hitam yang selalu
ditempatkan atau diposisikan sebagai ras inferior (ras bawah).
12
Ketiga, pertentangan
antarkelas sosial.
Keempat, pertentangan
antargolongan atau antar-kekuatan politik.
Kelima, pertentangan
internasional, yang dipicu oleh keinginan berkuasa antarbangsa dalam
peraturan politik internasional, yang ujung-ujungnya adalah persaingan dan
perebutan keuntungan dalam segala transaksi internasional.
AKIBAT KONFLIK SOSIAL
Secara garis besar, sosiologi membedakan tiga macam
akibat pertentangan, di antaranya adalah ; Pertama, bertambahnya solidaritas kelompok (in group feeling) atau goyah
atau retaknya suatu kelompok.
Kedua,
perubahan kepribadian seseorang.
Ketiga, hancurnya
harta benda atau korban manusia, jika pertentangan yang terjadi tidak
berhasil diselesaikan sehingga berujung pada tindakan kekerasan antar-individu
atau antar kelompok sosial.
Keempat, akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak, yang secara
kasat mata dapat dilihat pada invasi Amerika Serikat.
PRODUK DARI INTERAKSI SOSIAL
Interaksi sosial
merupakan hubungan timbal balik antarmanusia dalam kehidupan sosial. Adapun
manusia sebagai insan individu masing-masing memiliki karakter dan kepribadian
yang berbeda. Akan tetapi hal yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu
adalah tidak ada satu pun individu yang memiliki kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya tanpa hidup dalam kelompok.
Interaksi
sosial merupakan hubungan antartimbal balik antar manusia dalam kehidupan
sosial yang di dorong oleh motif-motif internal, yaitu kepentingan dan tujuan.
Dengan beragamnya kepentingan dan
tujuan masing-masing individu, maka akan
lahir pola-pola interaksi sosial, yaitu : pertama,
pola-pola hubungan sosial yang melahirkan pertentangan antar-individu maupun antar kelompok. Yang
melatarbelakangi adanya pertentangan adalah adanya perbedaan kepentingan dan
tujuan yang oleh masing-masing pihak ingin dicapai. Proses sosial yang demikian
akan menghasilkan interaksi sosial yang bersifat disasosiatif.
Kedua,
pola-pola hubungan sosial yang melahirkan kerja sama antar-individu maupun
antar kelompok. Hal ini dilatarbelakangi oleh sifat manusia sebagai makhluk
sosial yang antara satu dengan lainnya terdapat pola-pola hubungan yang
bersifat komplementer (saling membutuhkan)
13
Bentuk proses sosial yang demikian ini disebut
interaksi sosial asosiatif.
Dengan
demikian, produk dari interaksi sosial adalah nilai-nilai sosial, norma, sosial
dan lembaga sosial.
Beberapa produk interaksi sosial di antaranya :
A. Keteraturan
Sosial (Social Order) dan Ketidakteraturan Sosial (Social Disorder)
Tertib sosial, keteraturan
sosial (social order) merupakan suatu
kondisi sosial di mana masing-masing anggota masyarakat dalam kehidupannya
mengikuti norma-norma sosial yang berlaku didalam kelompok sosial tersebut.
Apabila kehidupan sosial telah berjalan berdasarkan
norma – norma sosial yang berlaku maka nilai – nalai sosial akan terwujud.
Untuk mencapai tujuan dalam kehidupan
sosial maka ada beberapa unsur yang mendukung keteraturan sosial ,diantaranya :
1.
Tertib
sosial itu sendiri .
Kehidupan sosial akan mencapai
ketertiban jika antara nilai
– nilai sosial dan norma – norma sosial sudah terdapat keselarasan.Ketertiban
sosial yang dicapai dapat di ukur melalui beberapa indikator, yaitu:
1. Adanya
sistem nilai dan norma yang jelas
2. Masing
– masing anggota masyarakat mengetahui
dan memahami norma – norma dan nilai – nilai sosial yang berlaku .
3. Masing
– masing individu dalam masyarakat menyesuaikan tindakan – tindakan
dengan norma dan nilai yang berlaku .
2.
Order
Dalam sosiologi order akan menjadi
(sosial order ) yang berwujud suatu pengertian system dimana tatanan norma dan
nilai sosial yang ada dalam kehidupan sosial tersebut di patuhi,di jadikan
pedoman oleh masyarakat.
3.
Keajekan.
Dalam
konsep lain disebut kontinuitas (continuity) merujuk pada keadaan sosial dalam
kondisi keteraturan secara berkesinambungan. Dengan demikian tolak ukur dari
keteraturan sosial itu bukan secara sporadis (sementara).
4.
Pola
Yang
dimaksud dengan poladalam hal ini adalah mekanisme atau cara dari proses
interaksi sosial tersebut berlangsung didalam kehidupan sosial.
14
B.
Kelompok
– kelompok Sosial (Social Group)
1.
Kelompok
Sosial yang Teratur
Dalam konsep sosiologi, kelompok sosial
diartikan sebagai himpunan atau
kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karena adanya hubungan di
antara mereka.
Ada
beberapa persyaratan berhimpunya manusia di suatu tempat untuk dianggap sebagai kelompok sosial
.
Beberapa persyaratan ini, antara
lain :
a) Ada
kesadaran bagi setiap anggota kelompok tersebut bahwa ia adalah bagian dari
kelompok yang bersangkutan.
b) Ada
hubungan timbal balik antara anggota yang satu dan anggota lainnya.
c) Terdapat
faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga
hubungan antara mereka bertambah erat.
d) Berstruktur,
berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
Adapun faktor yang membentuk kelompok sosial dapat
dilihat dari pengaruh-pengaruh :
1) Hubungan kedekatan. Hubungan
kedekatan akan terkait dengan faktor geografis.
2) Adanya kesamaan.
Selain hubungan kedekatan secara fisik, terdapat faktor kesamaan antar mereka
yang menyebabkan timbulnya rasa keanggotaan.
Macam-macam kelompok sosial yang teratur, yaitu:
1) In group dan out group
(kelompok orang dalam dan kelompok orang luar).
2) Primary group dan secondary group (kelompok primer dan
kelompok sekunder)
2.
Kelompok
Sosial yang Tidak Teratur
a)
Kerumunan (Crowd)
Yang dimaksud dengan kelompok sosial
yang tidak adalah kumpulan individu-individu yang secara kebetulan berhimpun
dalam suatu tempat dalam waktu yang bersamaan, seperti massa kampanye yang
berkumpul di suatu tempat untuk mendengar kandidat politik berorasi (pidato),
atau masa yang kumpul di suatu tempat sedang menonton layar tancap, massa yang
sedang berkumpul melakukan demonstrasi, dan sebagainya.
Untuk kelompok sosial yang tidak teratur
ini dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu;
1) Kerumunan yang berartikulasi
dengan struktur sosial;
a) Khalayak
atau pendengar yang formal (formal
audience) merupakan kerumunan-kerumunan
yang mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan.
b) Kelompok
ekspresif yang telah direncanakan (planned
expressive group), yaitu merupakan
kerumunan yang pusat perhatiannya tidak begitu penting, akan tetapi mempunyai
persamaan tujuan yang tersimpul dalam kegiatan kerumunan tersebut dan kepuasan
yang dihasilkanyna.
2) Kerumunan yang bersifat
sementara (casual crowd)
a) Kumpulan
yang kurang menyenangkan (inconvenient
aggregation)
b) Kelompok
orang yang sedang dalam keadaan panik (panic
crowd)
c) Kerumunan
penonton (spectator crowd)
15
3) Kerumunan yang
berlawanan dengan norma-norma hukum (law-less crowd)
a) Kerumunan
yang bertindak emosional (acting mobs).
b) Kerumunan
yang bersifat immoral (immoral crowd), hampir
sama dengan kelompok ekspresi, kelompok immoral adalah bertentangan dengan
moral, seperti kelompok orang yang sedang mabuk, dan berjudi.
C.
Kelas
Sosial (Social Class)
Kelas sosial adalah penggolongan
manusia dalam bentuk penggolongannya yang tidak sederajat dengan kelompok
sosial. Jika kelompok sosial lebih menekankan pada pengelompokkan manusia atas
dasar perbedaan yang bersifat horizontal, tetapi dalam kelas sosial, manusia
dikelompokkan berdasarkan perbedaan kualifikasi kolektif secara vertikal.
Pengkualifikasian sosial, selain didasarkan pada faktor internal individu,
seperti kecerdasan, status atau kedudukan sosial, pesona individual seperti
cantik atau tampan, juga didasarkan atas faktor-faktor internal seperti
kepemilikan benda-benda berharga (harta benda). Dasar pengkualifikasian sosial
secara vertikal ini, manusia dikelompokkan menurut kelas masing-masing seperti
kelas atas (uper class), kelas
menengah (middle class), dan kelas
bawah (lower class). Secara ekonomi,
manusia dikelompokkan menurut kepemilikkan harta benda.
D.
Peranan
Sosial (Social Role)
Yang dimaksud dengan peranan sosial
adalah pelaksanaan hak dan kewajiban
seseorang sesuai dengan kedudukannya (status sosialnya) sebagai akibat dari
interaksi sosial. Dengan demikian, peranan sosial muncul akibat dari proses
interaksi sosial itu sendiri, sebab tanpa interaksi sosial, maka tidak akan ada
peranan sosial.
Suatu peranan mungkin mencakup tiga hal, yaitu :
1. Peranan
meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam
masyarakat. Dalam hal ini peranan merupakan rangkaian peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Peranan
adalah konsep perihal yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat
sebagai organisasi.
3. Peranan
juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur
sosial masyarakat.
Dalam masyarakat terdapat banyak
individu dengan peranan yang beraneka ragam. Kondisi tersebut membawa akibat
dinamis bagi peran sosial sekarang yang berupa :
1. Konflik peran.
2. Ketegangan
3. Kegagalan
4. Kesenjangan
16
Dengan demikian, di dalam menjalankan perannya,
seorang anggota masyarakat ada yang mengalami beberapa permasalahan sehubungan
dengan kedudukan dan peranan sosial, di antaranya adalah konflik kedudukan (status conflic), konflik peranan (conflic of roles) dan ada juga pemisahan
antara peranan individu dan peranan yang seharusnya dijalankan (role distance).
E.
Organisasi
Sosial (Social Organization)
Organisasi sosial merupakan salah satu
dari ciri/karakter masyarakat modern.
Apabila dilihat dari sifatnya,
organisasi dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Organisasi formal, organisasi
yang bersifat teratur, terdapat struktur organisasi yang resmi, terdapat
perencanaan kinerja organisasi sebagai
langkah awal untuk mencapai tujuannya.
2. Organisasi informal, organisasi
yang struktur organisasinya tidak jelas, program-program kerjanya juga tidak
jelas, bahkan sering terjadi secara spontan.
17
Pendahuluan
Matakuliah Pengantar
Sosiologi merupakan matakuliah wajib bagi Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Krisnadwipayana khususnya dan Fakultas lain pada umumnya.
Paper Pengantar Sosiologi
merupakan salah satu Tugas atau prasyarat dalam menempuh Matakuliah Pengantar
sosiologi.
Sebagai tugas pertama, kami
kelompok 2 mendapat Tugas menulis Paper dengan judul Proses-Proses Sosial.
Dan paper ini akan di
presentasikan di kelas dengan bimbingan Dosen Bapak Victor M. Situmorang
,SH.MM.MH
Kami telah menyusun paper ini
dengan bekerjasama dan saling mengisi satu sama lain, sehingga paper ini dapat
tersusun dengan baik.
Paper ini terdiri dari
Pendahuluan, Bahasan Materi Bab 2 Proses-Proses
Sosial dari Pengantar Sosiologi, kesimpulan, serta penutup.
Kami sampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dosen Matakuliah Pengantar Sosiologi
Bapak Victor Situmorang, SH,MM,MH. yang telah membimbing kami, dan juga kepada
teman-teman
kelompok 2 yang telah memberi masukan sehingga paper ini dapat tersusun dengan
baik.
1
Kesimpulan
Melihat dari rangkuman materi
yang diatas ada beberapa kesimpulan
dapat dikemukakan sebagai berikut;
Dalam mempelajari Pengantar
Sosiologi kita sebagai mahasiswa dapat memahami arti daripada Sosiologi. Dimana
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur sosial,proses sosial
dan perubahannya.Berbicara sosial berarti berbicara mengenai masyarakat serta hubungannya.Indonesia
adalah negara yang terdiri dari berbagai macam suku dan bahasa,dengan demikian
Indonesia terdapat berbagai macam
lapisan masyarakat didalamnya.Dengan adanya banyak lapisan masyarakat disinilah peranan sosiologi sangat
diperlukan artinya peranan ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan
masyarakat.
Dalam pembahasan materi diatas juga dapat disimpulkan adanya pembagian
dan pengelompokan daripada Proses-Proses
Sosial.Dengan demikian kita dapat memahami dan mengerti ketika kita berhadapan
dengan berbagai macam kelompok sosial tertentu seperti yang dibahas dalam
materi diatas.
Penutup
Demikian
paper kelompok 2 kami persembahkan, apabila ada hal yang perlu didiskusikan
mohon bimbingan Bapak dosen yang kami hormati.
Terima kasih…..
18
MATA KULIAH
PENGANTAR SOSIOLOGI
TUGAS 1
PROSES-PROSES
SOSIAL
Kelompok 2
KELAS
202
14
September 2013
FAKULTAS
HUKUM
UNIVERSITAS
KRISNADWIPAYANA
JL.
RAYA JATIWARINGIN PODOK GEDE JAKARTA
Bagaimana kalo jdi dpo narkoba golongan 2 (penyalah gunaan obat) sedangkan sudah lama tidak memakai,memiliki,apalagi mengedarkan tidak sama sekali.
BalasHapusApa yang harus dilakukan sedangkan saya tidak mengerti hukum
BalasHapusApa yang harus dilakukan sedangkan saya tidak mengerti hukum
BalasHapusBagaimana kalo jdi dpo narkoba golongan 2 (penyalah gunaan obat) sedangkan sudah lama tidak memakai,memiliki,apalagi mengedarkan tidak sama sekali.
BalasHapus